Gyoza Makanan Ringan Menggugah Selera Masyarakat Jepang Yang di adaptasi Dari Kuliner Tradisional China

Gyoza Makanan Ringan Menggugah Selera Masyarakat Jepang Yang di adaptasi Dari Kuliner Tradisional China


AGEN DOMINO : Selain populer akan ramen & sushi, kuliner Jepang juga mengenal gyoza.Salah satu jenis makanan ringan yg berbentuk “daging bungkus” alias dumpling. Gyoza yg dikenal secara umum diolah dngn cara dibakar, tetapi ada pula yg dikukus. Namun, bukan tak mungkin gyoza Jepang merupakan adaptasi dari aneka & ragam kuliner China. Dalam aspek sejarah, kedua negara memang telah berhubungan lama, mulai dari hubungan dagang hingga upaya penjajahan dari Jepang. 

Dalam soal makanan, hubungan ini telah menularkan hi&gan “lamian” dari China menjadi ramen di Jepang.Kembali soal gyoza, China juga memiliki kudapan serupa yg dijuluki “jiaozi”. Istilah ini merujuk pada jenis kudapan berbahan daging cincang yg digumpalkan dngn bungkus kulit berbahan tepung terigu. Di Indonesia, suikiaw mungkin menjadi jenis jiaozi yg paling populer.Padahal, ada satu lagi jenis jiaozi yg tak kalah nikmat, yakni kuo tieh. Sama-sama dibakar, kuo tieh & gyoza bisa dibilang sangat mirip. 

Hal ini dibenarkan oleh Kiki (53), pemilik rumah makan Kuo Tieh Shandong 68 di bilangan Pancoran Jakarta Barat.Kalau orang Jepang suka bilangý gyoza,” kataý kepada FoodNews Kamis.Kulit kuo tieh dibuat menggunakan tepung terigu. Berdasarkan pantauan FoodNews, adonan kulit digiling berulang kali hingga pipih & lebar. Lalu, adonan daging cincang yg telah dibubuhi beberapa jenis sayur dibungkus menggunakan kulit tersebut. Di Kuo Tieh Shandong 68, daging yg digunakan merupakan daging babi. 

Gyoza Makanan Ringan Menggugah Selera Masyarakat Jepang Yang di adaptasi Dari Kuliner Tradisional China

Gyoza Makanan Ringan Menggugah Selera Masyarakat Jepang Yang di adaptasi Dari Kuliner Tradisional China

Se&gkan sayuraný terdiri dari irisan sawi putih & daun bawang. Di tempat lain, kuo tieh ada yg dimodifikasi menggunakan daging yg halal, serta menggunakan kucai.Setelahý, adonan kuo tieh akan diletakkan dalam sejenis wajan baja berdiameter kira-kira 50 cm yg telah terlapisi miýk. Wajan ini sanggup menampung setidaký 50 buah adonan kuo tieh sekaligus. “Kalau di Jepang, diolah pakai sejenis frying pan  & pakai api kecil. Di sini pakai api besar. Kalau kami pakai frying pan mungkin frying pan-ý yg kalah sama api,” tambahý. 

Kiki kata, penggunaan wajan khusus dari baja bertujuan agar kuo tieh bisa dibakar dngn api besar, sehingga menciptakan wangi tersendiri & kuotieh matang merata. Saking panasý, wajan ini tidak boleh dipegang dngn tangan telanjang selang 30 menit usai dibakar.Tak lama setelah api diýlakan, deretan kuo tieh bakal disiram air. Kiki mengklaim, takaran centong air yg digunakan telah ia ukur sepresisi mungkin. Sebab, jika berlebih, kulit kuo tieh akan hancur. Sehabis itu, wajan akan ditutup guna mengisolasi panas di dalam wajan.Kurang lebih 10 menit berselang, kuo tieh siap dihi&gkan. 

Kuo tieh akan berwarna kecokelatan, terutama pada bagian dasarý yg sedikit hangus akibat langsung mengenai wajan saat dibakar. Di meja makan, ada beberapa bumbu pelengkap yg terhi&g, mulai dari saus bawang putih yg wangiý semerbak, miýk wijen, cuka hitam, & kecap asin. Tak ketinggalan, terdapat semangkuk sambal yg relatif cair, namun bercita rasa khas. Kiki mengaku, semuaý disesuaikan dngn resep autentik Shandong, China, “Sambalý kami racik sendiri. Ada baýk rempah-rempah, misalý cengkih.” wangi cengkih memang tipis-tipis terasa ketika kuo tieh telah tercocol sambal. Biasaý, pelanggan membubuhi beberapa jenis saus tadi di piring, kemudian mengaduký rata sebelum dicocol kuo tieh.

Share on Google Plus

About karen

0 komentar:

Posting Komentar