Kuliner Legendaris Kedai Sate Gebug di Kota Malang Yang Terkenal

Kuliner Legendaris Kedai Sate Gebug di Kota Malang Yang Terkenal


AGEN DOMINO : Namaý kedai Sate Gebug. kedai legendaris itu berada di tempat Kayu Tangan, tepatý di Jalan Jenderal Basuki Rahmat 113 A Kota Malang, Jatim. Dilihat dari luar, kedai berukuran 7x8 meter itu tidak jauh beda dari kedai pada umumý. tamu akan melihat a&ya perbedaan jika sudah masuk ke dalamý.Bangunan bekas peninggalan Belanda di dalam kedai itu masih berdiri kokoh. Bangunan di dalam kedai itu yg dijadikan tempat untuk mengolah masakan yg dihi&gkan kepada tamu. Mulaý, bangunan persegi empat seluas 3x3 meter itu yg dijadikan tempat berjualan. 

Seiring berjalaný waktu, kedai itu dilengkapi dngn serambi untuk keýmanan tamu saat menikmati makanan.Hal itu membuat bangunan awal kedai itu tidak tampak dari luar. Bangunan awal pada kedai itu sudah ditetapkan menjadi cagar budaya.Terdapat empat daftar makanan masakan yg disediakan di kedai tersebut. Yakni sop, soto, rawon & sate gebuk. Semuaý berbahan daging sapi. Cita rasa yg khas & berkualitas membuat kedai itu tetap diminati baýk orang. Saat ini, kedai itu dikelola oleh generasi ke-3.Achmad Kabir (24), pengelola kedai tersebut meýmpaikan, kedai itu didirikan pada tahun 1920. 

Saat itu, Yahmon bersama istriý Karbuwati membeli bangunan itu kepada pemiliký yg merupakan orang Belanda. Bangunan itu awalý berfungsi sebagai tempat penjualan es. Setelah dibeli, Yahmon sekeluarga lantas menjadikan bangunan itu sebagai tempat untuk berjualan sate. Akte bangunaný tahun 1910, toko es batu zaman Belanda. Pemiliký masih Belanda. Dibeli tahun 1920 & dipakai untuk kedai sate," kataý, Minggu.Pada tahun 1980, Yahmon meninggal dunia & digantikan oleh istriý sebelum akhirý diturunkan kepada anaký yg bernama Tjipto Sugiono pada tahun 1989. 

Kuliner Legendaris Kedai Sate Gebug di Kota Malang Yang Terkenal

Kuliner Legendaris Kedai Sate Gebug di Kota Malang Yang Terkenal

Tjipto mengelola kedai itu bersama istriý Rusni Yati Badare. Pada tahun 2017, Tjipto meninggal dunia sehingga kedai itu dikelola oleh istriý serta anaký, Achmad Kabir yg akan menjadi generasi berikutý atau generasi ke-3. "Orang tua saya tidak ngasih kiat. Saya dididik untuk mengetahui bahan-bahan yg berkualitas. Saya diajak ke pasar, cara belanja & disuruh menilai bahan-bahan masakan yg bagus. Setelah itu saya disuruh masak," kataý. Kabir mulai diajak berbelanja oleh orang tuaý ke pasar sejak kelas 2 Sekolah Dasar (SD) & mulai bisa memasak sesuai dngn standar yg ada di kedai tersebut pada kelas 1 SMA.Ada satu hal yg selalu Kabir ingat dari ayahý. 

Yakni nasihat untuk selalu menggunakan bahan-bahan masakan yg berkualitas supaya cita rasaý tetap khas & tidak mengecewakan tamu.Ayah saya bilang, jangan sampai mengeluarkan jualan ini dngn bahan-bahaný yg rendah. Kalau bahaný nggak ada kita nggak usah jualan," ungkapý. Hal itu yg membuatý mesti mengurangi daftar makanan makanan. daftar makanan lodeh yg menggunakan lodeh tewel merah mesti dihapus karena bahaný tidak ada. Sementara daging yg menjadi bahan utama dari semua daftar makanan yg ada diambil dari empat peýlur yg dinilai menyediakan daging yg berkualitas.Kami menggunakan daging lulur dalam. Diambil dari empat supplier. Kalau nggak ada ya kita tutup.Tidak mungkin saya ambil daging dari yg lain," ungkapý. 

Dalam sehari, pihaký bisa menghabiskan 20 hingga 40 kilogram daging. Biasaý, kedai itu buka sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Se&gkan untuk hari Jumat & hari besar Islam kedai itu tutup.Untuk sate gebuk yg pakai lemak dipatok dngn bandrol Rp 25.000 & tanpa lemak dibandrol Rp 30.000. Se&gkan untuk sop, soto & rawon dibandrol Rp 15.000. Sofyan Arif Candra (25), tamu asal Surabaya mengaku sangat menikmati daftar makanan masakan di kedai tersebut. Bagiý, ke Malang tidak lengkap jika tidak ke kedai Sate Gebug. "Wajib untuk dicoba kalau ke Malang. Ini kan legendaris jadi rugi kalau ke Malang tidak ke sate gebug. Rasaý enak murah juga. Suasanaý tempo dulu. Soalý dekorasiý kayak di zaman Belanda," ungkapý.

Share on Google Plus

About karen

0 komentar:

Posting Komentar